irwantoshut.com
 


 
 
 

 





VARIASI DISEBABKAN OLEH MANUSIA

Sebagai tambahan terhadap bentuk variasi yang normal yang terjadi dalam populasi alami, banyak perubahan bentuk variasi pohon hutan dapat disebabkan oleh manusia. Hal-Hal seperti seleksi dysgenic, dimana pohon yang terbaik dipindahkan dan pohon yang lemah/miskin ditinggalkan untuk bereproduksi, atau suatu metode memilih hanya yang terbaik ditinggalkan, akhirnya menyebabkan suatu pergeseran di dalam frekwensi gen, dengan begitu terbentuk variasi. Tindakan yang dapat menyebabkan suatu perubahan sangat cepat di dalam variabilitas ketika diterapkan seleksi intensive dan praktek breeding.

Sebab sasaran breeding pohon yang utama adalah untuk merubah persentase dari karakteristik tertentu di dalam suatu arah yang diinginkan dalam suatu populasi.
human cause

Seperti kemajuan program breeding, akan jadi penting bagi improver pohon dengan sengaja meningkatkan variabilitas. Ada sejumlah pilihan yang dapat diikuti ketika variabilitas alami terlalu terbatas untuk suatu program breeding.

Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua variabilitas di dalam suatu jenis dikenal. Persilangan luas dapat dibuat di dalam spesies untuk memberi kombinasi genotypes yang tidak pernah terjadi pada kondisi alami. Persilangan Interspecific dan backcross dapat diproduksi untuk mengembangkan kombinasi Genetik baru. Akhirnya, program untuk meningkatkan variasi atas pertolongan mutasi bisa terjadi. Sasaran dari semua pilihan di atas adalah untuk meyakinkan adanya variasi genetik yang cukup sehingga program produktif breeding dapat dikejar.

Titik kunci untuk diingat adalah bahwa besarnya perubahan dalam variasi yang begitu cepat, ada hal positif dan negatif. Dengan demikian melalui suatu usaha untuk membuat keuntungan genetik cepat dan besar diperlukan pemeliharaan program peningkatan pohon.

Perlunya Memelihara Keragamani Genetik

Keragaman genetik menempati posisi kunci dalam program pemuliaan, karena optimalisasi atau maksimalisasi perolehan genetik akan sifat-sifat tertentu akan dapat dicapai manakala ada cukup peluang untuk melakukan seleksi gen untuk sifat yang diinginkan. Kegiatan seleksi ini jelas dapat mempersempit basis genetik, yang umumnya membawa resiko tinggi terhadap serangan hama dan penyakit, perobahan lingkungan maupun perobahan permintaan pasar. Untuk mencegah hal tersebut maka belakangan ini para breeder telah mengambil dan mengembangkan strategi multi-populasi breeding, yaitu mengelola variasi genetik secara optimal sementara itu pada waktu bersamaan konservasi genetik tetap menjadi target yang selalu dipertimbangkan (Burley, 1992; 1993). Terkait dengan hal stategi breeding tersebut maka basis genetik akan dikendalikan sesempit mungkin untuk menghasilkan sifat-sifat yang secara ekonomis menguntungkan, namun basis genetik juga akan tetap dipertahankan bahkan diperluas untuk mendapatkan perbaikan sifat yang sekaligus memiliki kemampuan beradaptasi pada lingkungan. yang beragam (Wright, 1976; Zobel and Talbert , 1984; Zobel et al. 1987). Dengan demikian suatu program pemuliaan yang dirangcang untuk beberapa generasi tidak akan banyak berarti manakala langkah yang diambil tidak melibatkan upaya pengelolaan clan peningkatan variasi genetik secara cukup.

Perlu diketahui bahwa seorang breeder dapat saja melakukan kegiatan breeding untuk beberapa sifat secara simultan. Sifat kelurusan dan kesilindrisan batang yang secara ekonomis menguntungkan misalnya, dapat dikembangkan bersamaan dengan sifat lainnya secara serentak pada skala luas. Evaluasi akan ekspresi sifatsifat tersebut dapat dilakukan lewat penampilan fenotipe-nya secara konsisten untuk sifat pertumbuhan, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan kemampuan adaptasinya di berbagai lingkungan.

Hal ini dapat terjadi karena pada kebanyakan sifat ada ketidaktergantungan genetik yang cukup besar antara sifat-sifat yang menguntungkan secara ekonomis dengan kemampuan adaptasinya terhadap keragaman lingkungan. Tujuan semacam ini dapat dicapai baik melalui kegiatan seleksi akan sifat yang diinginkan pada suatu provenans yang memiliki kemampuan adaptasi yang balk lewat suatu uij provenans atau sebaliknya melakukan seleksi secara intensif untuk sifat yang diinginkan dan memilih individu yang memiliki sifat yang dimaksud dari suatu populasi yang dari aspek adaptabilitas cocok untuk dikembangkan (Zobel and Talbert, 1984). Oleh karena itu untuk suksesnya suatu progam pemuliaan pohon untuk suatu jenis, penting sekali bila dimulai dari suatu basis genetik yang luas dan menggunakan strategi breeding yang corcern akan upaya konservasi genetik terhadap sifat-sifat potensial yang telah tersedia di dalam populasi. Dengan perkataan lain kemajuan program pemuliaan pohon akan sangat ditentukan oleh materi genetik yang tersedia. Semakin luas, basis genetik yang dilibatkan dalam program pemuliaan suatu spesies, semakin besar peluang untuk mendapatkan peningkatan perolehan genetik (genetic gain) dari sifar yang diinginkan. Besarnya perolehan genetik dari generasi ke generasi tersebut telah dilukiskan oleh van Wyk (1985) sebagaimana pada gambar di bawah ini.

metode perbanyakan

Pengaruh genetik dari metoda perbanyakan yang berbeda.

Gambar di atas menunjukkan suatu populasi dengan distribusi nornal untuk pertumbuhan; Bila dua genotipe terpilih (grafik atas) diperbanyak secara generatif, maka keturunannya akan memperlihatkan perbaikan (gain) yang moderat (grafik tengah). Tetapi bila diperbanyak secara vegetatif, perolehan genetik yang lebih besar akan dicapai (grafik bawah). Tekait dengan tujuan tersebut maka keberadaan sumberdaya genetik suatu jenis dengan basis yang luas menjadi suatu keharusan dan memilikii arti yang sangat penting agar program pemuliaan dari generasi ke generasi berikutnya tetap terjamin kelangsungannya.

dna detection genetic dna detection genetic detection genetic cell detection  

PUSTAKA :

Na’iem, M, 2001. Konsevasi Sumberdaya Genetik untuk Pemuliaan Pohon. Seminar Sehari 70 Tahun Prof. Oemi H. Suseno; Peletakan Dasar-dasar dan Strategi Pemuliaan Pohon Hutan di Indonesia. Yogyakarta.
Oemi, H.S, 2000. Pemuliaan Pohon Hutan Indoensia Menghadapi Tantangan Abad 21. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Oemi, H.S, 2001. Peletakan Dasar-Dasar dan Strategi Pemuliaan Pohon Hutan di Indoensia. Orasi Ilmiah Purna Tugas. Prof. Dr. Ir. Hj. Oemi Hani’in Suseno. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wright, J.W, 1976. Introduction to Forest Genetics. Academic Press, Inc. San Diego California.
Zobel, B and John Talbert, 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley and Sons, Canada.

   
  HUBUNGAN KONSEPTUAL ANTARA KERAGAMAN DAN PEROLEHAN GENETIK
   
1 Penyebab dan Bentuk Keragaman / Variasi
 
2 Kekuatan yang Membentuk Variasi Genetik
 
3 Variasi disebabkan oleh Manusia
 
4 Keragaman/Variasi yang disebabkan Oleh Manusia
 
5 Mendeteksi Variasi Asal Usul / Silsilah Tapak
 
6 Pemeliharaan Keragaman / Variasi Genetik
 
7 Pelestarian Sumberdaya Genetik
 
8 Kontribusi Konservasi Genetik Dalam Program Pemuliaan Pohon Di Indonesia
   

DNA, also known as deoxyribonucleic acid, is a thin, chainlike molecule found in every living cell on earth. It directs the formation, growth, and reproduction of cells and organisms. Short sections of DNA called genes determine heredity- that is, the passing on of characteristics-in living things. DNA is found mainly within a cell's nucleus, in threadlike structures called chromosomes. DNA even occurs in bacterial cells, which do not have a nucleus, and in some viruses. All DNA consists of thousands of smaller chemical units called nucleotides. Nucleotides are chemically bonded to one another to form thin, chainlike molecules known as polynucleotides. Each nucleotide contains a compound called a phosphate, a sugar called deoxyribose, and a compound called a base. The phosphate and sugar are the same in all DNA nucleotides, but the bases vary. There are four DNA bases: (1) adenine, (2) guanine, (3) thymine, and (4) cytosine. The exact amount of each nucleotide and the order in which they are arranged are unique for every kind of living thing.

HOME
GLOBAL WARMING
INDONESIA FOREST
INDONESIA BIODIVERSITY
CDM IN INDONESIA
MANGROVE FOREST
THE IMPORTANCE OF TREES
FOREST AND ECOLOGY
KIND OF CONSERVATION
KIND OF BIODIVERSITY
HOW PLANTS GROW
FOREST PICTURES
FACEBOOK
PENELITIAN
PAPER / ARTIKEL
KULIAH KEHUTANAN
PERJALANAN
DIARY
GALERI PHOTO
INFO SEPUTAR HUTAN
PROSIDING NFP
KESEHATAN TUBUH
KOTA AMBON
UNIVERSITAS PATTIMURA
TIPS MAHASISWA
BIODATA IRWANTO
PHOTO PRIBADI
FACEBOOK IRWANTO