irwantoshut.com
 


 
 
 

 



POTENSI BAMBU DI SERAM BAGIAN BARAT - PROVINSI MALUKU


Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdaya alam yang bersifat multifungsi, multiguna dan mencakup multi kepentingan serta pemanfatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Hal ini berarti produk hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu sumberdaya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling bersentuhan dengan masyarakat sekitar hutan. Hasil hutan bukan kayu terbukti dapat memberikan dampak padan peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan konstribusi yang berarti bagi peningkatan devisa negara.

bamboo

Pulau Seram memiliki sumberdaya hasil hutan bukan kayu dengan aneka jenis, berpotensi untuk digali dan dikembangkan pada masa mendatang, beberapa hasil hutan bukan kayu adalah, Rotan, Damar, Minyak Kayu Putih, Gaharu, dan Bambu.Tanaman bambu di Pulau Seram ditemukan mulai dataran rendah sampai pegunungan, secara umum ditemukan pada tempat terbuka dan bebas dari genangan air.  Tanaman bambu hidup merumpun, memiliki ruas dan buku (Manuhuwa, 2008).

Sebagai tanaman serbaguna bambu telah dimanfaatkan untuk berbagai macam barang, mulai dari perabot rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan dan peralatan, dari yang sederhana sampai skala industri. Bahan-bahan yang dibuat dari bahan baku bambu tersebut adalah: bambu lapis, bambu lamina, papan semen,  pulp dan kertas, sumpit, komponen rumah, meubel dan perkakas rumah tangga, kerajinan dan handycraft, alat musik, rebung, dan arang. (Manuhuwa, 2009).

Untuk di Pulau Seram sendiri pernah didirikan Pabrik Sumpit pada Kecamatan Taniwel (SBB) untuk diekspor, namun industri tersebut tidak dapat bertahan lama bukan karena kekurangan bahan baku tetapi kesalahan manajemen.

Potensi Bambu yang terbesar di Taniwel berada pada desa Buria dengan luas 650 hektar. Untuk kecamatan Kairatu bambu tumbuh pada beberapa tempat  Seriholo, Tala, Sumeit Pasinaro, Ahiolo-Abia, Watui, Huku kecil, Rumakai, Latu and Hualoi.

Menurut masyakat setempat disini ada delapan jenis bambu yang dipergunakan secara tradisional.  Bambu-bambu tersebut dikenal dengan nama bambu jawa, bambu sero (Gigantochloa apus), bambu suanggi, bambu suanggi baduri, bambu patong (Dendrocalamus asper), bambu loleba (Bambusa atra), bambu tui (Schizostachyum lima), bambu tapir dan bambu tutul (Bambusa vulgaris) yang dipergunakan dalam pembuatan funiture di desa Morekao Kecamatan Piru.


HOME
GLOBAL WARMING
INDONESIA FOREST
INDONESIA BIODIVERSITY
CDM IN INDONESIA
MANGROVE FOREST
THE IMPORTANCE OF TREES
FOREST AND ECOLOGY
KIND OF CONSERVATION
KIND OF BIODIVERSITY
HOW PLANTS GROW
FOREST PICTURES
PENELITIAN
PAPER / ARTIKEL
KULIAH KEHUTANAN
PERJALANAN
DIARY
GALERI PHOTO
INFO SEPUTAR HUTAN
PROSIDING NFP
KESEHATAN TUBUH
KOTA AMBON
UNIVERSITAS PATTIMURA
TIPS MAHASISWA
BIODATA IRWANTO
PHOTO PRIBADI
FACEBOOK IRWANTO